Banyak upaya sia-sia dilakukan oleh para tenaga kesehatan dalam membimbing menyusui, karena pemahaman tentang menyusui masih sangat rendah. Ibu belum mengetahui keunggulan ASI, bagaimana ASI diproduksi, dan bagaimana mereka bisa sukses dalam menyusui di kemudian hari.
Emosi dan perasaan ibu atau masyarakat tetap harus diperhitungkan. Edukasi pada ibu hamil sebaiknya diselenggarakan oleh rumah sakit dengan konsep edutainment, memberikan suatu pendidikan yang bisa menyenangkan yang dididik, tidak merasakan kejenuhan, bahkan intens dalam mendapatkan pendidikan tentang menyusui.
Rumah sakit khususnya yang memberikan pelayanan kelahiran, perlu dikemas dengan tampilan ruang nyaman dan homey (seperti di rumah), sebagai ilustrasi di ruang tunggu poliklinik di RS sebaiknya disediakan ruang menyusui yang nyaman untuk para ibu. Pelayanan seperti layaknya di sebuah hotel yang penuh dengan sentuhan keindahan dan keramahan merupakan strategi lain yang sebaiknya dikenalkan dalam sebuah Rumah Sakit Sayang Bayi. Cara terkomunikasi yang baik dan santun merupakan salah satu strategi kunci dalam dukungan proses edukasi menyusui pada ibu atau masyarakat.
Kebutuhan balita menyusui terutama di wilayah Bangka Belitung sebagai kota yang sedang bertumbuh dan berkembang sudah cukup tinggi. Peluang ini belum dimanfaatkan oleh rumah sakit, padahal peluang ini merupakan peluang yang sangat menjanjikan jika dikelola dengan benar. Oleh karenanya RS sebaiknya menghidupkan kembali program RS Sayang Bayi atau minimal menghidupkan suatu bentuk bimbingan menyusui kepada para pelanggannya. Jika peluang ini dimanfaatkan maka sesungguhnya RS tersebut telah turut andil didalam membentuk manusia tangguh di masa yang akan datang dengan human development index (HDI) yang tinggi. Pemilihan sebuah RS oleh masyarakat sebagai tempat melahirkan karena melakukan program menyusui tampaknya dapat memotivasi sebuah RS untuk menjadi RS Sayang Bayi.
Membuat satu sistem yang memudahkan para tenaga kesehatan yang melayani kelahiran dan perawatan bayi baru lahir tampaknya menjadi satu keharusan. Sosialisasi menyusui hendaknya terus dilakukan tidak hanya pada para ibu yang dilayani tetapi juga pada tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit atau institusi kesehatan.
Kegiatan menolong ibu menyusui sebaiknya dimulai dari para tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit yang selama ini mempekerjakan lebih dari 80% perempuan. Semua ini bukan hanya untuk memudahkan terciptanya RS Sayang Bayi, tetapi para perempuan yang bekerja di institusi kesehatan serta anaknya punya hak yang sama untuk mendapat yang terbaik.
Fasilitas memerah dan menyusui untuk para pekerja rumah sakit merupakan langkah awal yang akan membuka cakrawala budaya meyusui di rumah sakit. Menyusui tidak hanya membuat anakanak mereka sehat dan cerdas, tetapi akan membuat pencapaian bekerja para karyawan rumah sakit menjadi lebih baik. Perhatian dan kepedulian rumah sakit atau perusahaan akan membuat para karyawan loyal pada institusi tempat mereka bekerja.
Diskusi pentingnya menyusui dapat dimulai dari para pemegang keputusan di sebuah rumah sakit yaitu komisaris dan direktur rumah sakit. Mereka sebaiknya disadarkan bahwa keberadaan mereka sungguh sangat berarti dalam memulai suatu pelayanan mulia yaitu mendukung bayi mendapatkan haknya.
Pembuatan kebijakan menyusui dalam sebuah rumah sakit sebagai langkah pertama sesuai anjuran WHO memang diperlukan, namun bila sebuah rumah sakit belum mempunyai kebijakan ini, sosialisai menyusui tetap dapat dimulai.
Bila langkah pertama ini sudah ada, seyogyanya penerapan kebijakan menyusui secara rutin dikomunikasikan oleh manajemen RS kepada seluruh pegawainya. Kebijakan menyusui di sebuah rumah sakit sebaiknya juga diketahui secara terbuka oleh setiap pasien dan pengunjung RS bahwa RS tersebut merupakan RS Sayang Bayi.
Diwilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat 9 (sembilan) rumah sakit yang telah beroperasi melayani masyarakat diantaranya ,
- RSUD Bangka Tengah Jl. Raya By Pass Koba Kab. Bangka Tengah - Kep. Bangka Belitung,
- RS Bakti Timah Jl. Bukit Baru Kota Pangkal Pinang - Kep. Bangka Belitung,
- RS Jiwa Sungailiat Jl. Sudirman No 345, Sungailiat Kab. Bangka - Kep. Bangka Belitung,
- RS Kab. Belitung Jl. Melati Tanjungpandan Belitung Kab. Belitung - Kep. Bangka Belitung,
- RS Katolik Bhakti Wara Jl. Sungai Selatan Km.4 No.180, Pangkal Pinang Kota Pangkal Pinang - Kep. Bangka Belitung,
- RSUD Pangkal Pinang Jl. Soekaro Hatta Pangkalpinang Kota Pangkal Pinang - Kep. Bangka Belitung,
- RS Sungailiat Jl. Sudirman 195, Sungailiat Kab. Bangka - Kep. Bangka Belitung,
- RSUD Tanjung Pandan Medika Stannia, RS Jl. Jend. Sudirman, Tanjung Pandan Kab. Belitung - Kep. Bangka Belitung,
- RS Medika Stannia Jl. Jend. Sudirman, No. 3, Sungai Liat Kota Pangkal Pinang - Kep. Bangka Belitung.
Dalam rangka hari Ibu pada tanggal 22 Deember 2015 yang ke 87, terpilih pemenang pada penilaian rumah saki kriteria sayang ibu dan bayi. Terdapat 10 kriteria RS Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 237 Tahun 1997 tentang pemasaran pengganti ASI. Pemerintah Indonesia lewat Kepmenkes Nomor 450 Tahun 2004 juga mendukung langkah tersebut.
Sebuah rumah sakit sudah masuk kategori bagus atau baik kalau dapat menerapkan beberapa langkah di antaranya dengan kriteria RSSIB yakni :
1. Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.
2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi sesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apa pun selain ASI kepada bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi tanpa pembatasan lama dan frekuensi menyusui.
9. Tidak memberikan dot atau empeng kepada bayi yang diberi ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin atau sarana pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit Sayang Bayi telah dicanangkan sejak tahun 1991 di Indonesia, dan konon lebih dari 400 Rumah Sakit Sayang Bayi tercatat di Departemen Kesehatan RI. Namun sayangnya kegiatan RS Sayang Bayi saat itu terselenggara karena termotivasi lomba yang diprakarsai oleh Pemerintah. Mengadakan lomba adalah salah satu strategi yang baik sebagai awal dalam memulai suatu hal yang baru, namun dibutuhkan satu kegiatan berkesinambungan agar kegiatan RS Sayang bayi dapat terselenggara sesuai dengan yang diharapkan.
Rumah Sakit Sayang Bayi adalah program yang sangat penting dan strategis, bahkan merupakan program yang tepat untuk mengintervensi secara bermakna suatu upaya penurunan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, bahkan diharapkan terjadinya pertambahan dari angka 400 RS Sayang Bayi. Kegiatan RS Sayang Bayi adalah kegiatan yang mulia dalam memperjuangkan hak bayi untuk mendapat yang terbaik sejak awal kehidupannya yaitu mendapat air susu ibu.
Rumah Sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan individu, tempat kelahiran, dan merupakan tempat dimulainya suatu kehidupan. Berkaitan dengan hal tersebut maka tata laksana dan manajeman menyusui di RS ikut memegang peranan dalam keberhasilan sang ibu dalam menyusui anaknya. Dengan menyusui secara benar, berarti akan mencetak manusia yang sehat, tangguh dan superior di masa yang akan datang. Oleh karena itu keberadaan RS Sayang Bayi sangatlah penting sebagai infrastruktur dalam membentuk bangsa yang tangguh.Demi kepentingan masa depan anak bangsa yang lebih baik diharapkan Gerakan RS Sayang Bayi dapat dihidupkan kembali.
Mendapat air susu ibu (ASI) seperti diketahui adalah salah satu hak bayi yang pelaksanaannya masih tersendat di rumah sakit atau masyarakat dengan berbagai alasan, antara lain rooming in (rawat gabung) dianggap tidak efisien dalam mengelola perawatan ibu dan bayi, walaupun sesungguhnya ketidakefisienan yang dirasakan pihak manajemen rumah sakit adalah akibat dari lemahnya edukasi yang seharusnya dilakukan jauh sebelum kelahiran (saat antenatal care).
Prosedur yang lebih sederhana tentang Gerakan RS Sayang Bayi perlu diterapkan di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan untuk ibu hamil sehingga beban administrasi yang selama ini menyulitkan mungkin bisa dihindarkan. Dalam topik ini akan dibahas lebih jauh tentang definisi, manfaat, dan cara mewujudkan RS Sayang Bayi di institusi kesehatan.
Sebuah rumah sakit disebut Rumah Sakit Sayang Bayi bila 75% bayi yang dilahirkan di rumah sakit tersebut hanya mendapat ASI dari sejak dilahirkan. Untuk mempermudah pelayanan ini, WHO mengenalkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, yang terdiri dari:
- Mempunyai kebijakan tertulis yang secara rutin dikomunikasikan ke seluruh karyawan RS
- Pelatihan staf RS agar trampil melaksanakan kebijaksanaan RS ini
- Penjelasan manfaat dan penatalaksanaan menyusui pada ibu hamil
- Membantu ibu menyusui segera setelah lahir
- Mengajarkan ibu cara menyusui, dan menjaga agar terus menyusui, walau terpisah dari bayinya
- Tidak memberi minum atau makanan lain selain ASI kecuali ada indikasi medis
- Melakukan rawat gabung selama di rumah sakit
- Mendukung ibu dapat memberi ASI sesuai kemauan bayi (ondemand)
- Tidak memberi dot atau kempeng pada bayi yang menyusu
- Membentuk kelompok pendukung ASI dan mendorong para ibu agar tetap berhubungan dengan kelompok tersebut.
Masyarakat saat ini memiliki gaya venostyle yaitu segalanya ingin instan atau yang praktis dan tidak membebani. Selain itu gaya ini berarti senang dengan hal yang indah sehingga penampilan keindahan menjadi indikator gaya hidup. Di sisi lain venostyle mempunyai ciri emosional mudah marah.
Menyusui memang merupakan sesuatu yang alamiah, tetapi tidak begitu saja terjadi (tidak instan), berlawanan dengan fenomena venostyle. Sebaiknya menyusui harus tetap dipelajari jauh sebelum proses kelahiran terjadi dan hal ini tidak secara langsung mengkondisikan seorang ibu untuk dapat menyusui anaknya.
Pembuatan kebijakan menyusui dalam sebuah rumah sakit sebagai langkah pertama sesuai anjuran WHO memang diperlukan, namun bila sebuah rumah sakit belum mempunyai kebijakan ini, sosialisai menyusui tetap dapat dimulai.
Bila langkah pertama ini sudah ada, seyogyanya penerapan kebijakan menyusui secara rutin dikomunikasikan oleh manajemen RS kepada seluruh pegawainya. Kebijakan menyusui di sebuah rumah sakit sebaiknya juga diketahui secara terbuka oleh setiap pasien dan pengunjung RS bahwa RS tersebut merupakan RS Sayang Bayi.
Pelaksanaan 9 langkah berikutnya dalam 10 langkah menyusui merupakan syarat mutlak sebuah RS dikatakan mempunyai kebijakan menyusui. Sehingga kebijaksanaan tersebut benar-benar dilaksanakan oleh semua karyawan rumah sakit secara konsisten, bukan hanya menjadi pajangan di kamar bayi atau ibu saja. Selain itu pelaksanaan kebijaksanaan tersebut dapat berkesinambungan walau berganti pimpinan.
Langkah kedua yaitu edukasi terhadap semua staf yang bekerja di sebuah rumah sakit tentang ASI masih sulit dilakukan. Tersendatnya edukasi pada seluruh staf rumah sakit ini akan berpengaruh terhadap langkah-langkah berikutnya. Bila pengelola RS telah menyetujui diberlakukannya program meyusui untuk karyawan yang bekerja dan ibu yang melahirkan, pelatihan terhadap semua lapisan pegawai akan menjadi lebih mudah dan tidak makan banyak energi.
Pelatihan mengenai manajeman laktasi, pelaksanaan di lapangan dan evaluasi sebaiknya terus menerus dilakukan secara periodik. Semua karyawan RS mendapat pelatihan ini, termasuk karyawan baru, minimal dalam 6 bulan setelah bekerja di RS tersebut sudah mendapat pelatihan atau orientasi mengenai kebijaksanaan RS dalam membantu ibu-ibu menyusui.
Para staf yang telah mendapatkan pelatihan manajemen laktasi diharapkan dapat memotivasi para ibu untuk menyusui. Para ibu yang mendapat dukungan untuk menyusui dari tenaga kesehatan lebih tinggi kemungkinan untuk menyusui daripada ibu yang tidak mendapat dukungan
Sosialisasi ASI di rumah sakit sebaiknya dimulai sejak kehamilan terjadi. Setidaknya ibu hamil mengikuti 2 kali kelas antenatal yang menjelaskan keuntungan ASI dan bagaimana cara sukses menyusui saat kelahiran terjadi. Mempersiapkan ibu hamil yang kelak akan menyusui mempengaruhi keberhasilan menyusui. Edukasi mengenai pentingnya air susu ibu harus didapatkan oleh setiap ibu hamil sebelum kelahiran terjadi.
Menyusui mudah dikatakan, tetapi dalam pelaksanaan sulit karena para ibu saat ini banyak bekerja untuk menopang keadaan sosial keluarga. Tuntutan ibu bekerja dan diberlakukannya cuti hamil yang hanya terbatas 2 bulan sesudah kelahiran tampaknya bisa menjadi kendala dalam proses menyusui. Tidak tersedianya ruang dan waktu menyusui juga merupakan kendala mengapa memberi ASI saat ini menjadi hal yang sulit dilakukan. Berbagai macam kendali akan teratasi bila ibu dipersiapkan jauh sebelum kelahiran terjadi. Mengajarkan memerah dan menabung ASI merupakan strategi yang cukup dapat mengatasi kendala saat ibu bekerja.
Rumah sakit sebaiknya mengatur agar dapat melakukannya dengan baik dan aman untuk bayi dan ibu. Kehangatan ruangan, prosedur bayi baru lahir sebaiknya ditata agar kegiatan yang sederhana tapi sangat membantu memulai proses menyusui ini bisa dilakukan pada semua bayi baik yang dilahirkan secara spontan atau melalui operasi bedah Caesar. Semua tenaga kesehatan yang membantu kelahiran sebaiknya mengerti kondisi apa yang dibutuhkan dalam sebuah proses kelahiran yang akan diikuti oleh kegiatan inisiasi menyusu dini atau skin to skin contact.
Penyelenggaraan klinik laktasi yang khusus membantu menolong ibu menyusui juga sangat penting keberadaannya di rumah sakit yang melayani kelahiran. Ibu dan bayi yang datang ke poliklinik karena masalah menyusui segera dilayani tenaga kesehatan yang bekerja di klinik laktasi. Bimbingan menyusui yang terus menerus terbukti meningkatkan ketrampilan dan memantapkan ibu dalam menyusui bayinya
Kesimpulan
Rumah Sakit Sayang Bayi adalah program yang sangat penting dan tepat dalam upaya penurunan angka kematian bayi di Bangka Belitung. Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan individu, tempat kelahiran dan merupakan dimulainya suatu kehidupan. Pelayanan di rumah sakit memegang peran dalam keberhasilan ibu menyusui eksklusif selama 6 bulan. Sepuluh langkah keberhasilan menyusui, diharapkan dapat membantu bayi mendapatkan hak nya yaitu menyusui segera setelah lahir. Edukasi sebelum kelahiran sangat penting agar masyarakat mengetahui keuntungan pemberian ASI dan apa yang sebaiknya dilakukan setelah kelahiran agar ibu sukses menyusui eksklusif. Mensosialisasikan mother friendly breasfeeding di semua tempat para ibu bekerja (termasuk para pegawai rumah sakit) sangat diperlukan agar ibu tetap dapat menyusui.(js)