Potensi Perikanan Di Tuatunu

Pangkalpinang, Kadis DKP Pemprov. Kep. Babel Ir.Sarjulianto, Dipl, SE, melakukan monitoring ke tambak ikan di daerah Kelurahan Tuatunu pekan lalu didampingi Kepala Bidang perikanan Budidaya, Drs.Zulkarnaini ke tambak perikanan milik Sugiarto.

Kita memang harus melakukan monitoring secara berkala kepada petani tambak ikan Nila, Patin, gurami, Lele dan mas untuk memantau yang mereka butuhkan dalam mengembangkan usaha , imbuh Kadis DKP.

Dalam pemantauan tersebut didampingi oleh Kabid perikanan Budidaya dan kelompok masyarakat petani tambak dari wilayah Tuatunu, tampak Kadis DKP berjalan menyusuri tambak ikan Nila, patin, lele dan mas dengan luas 3 Hektar.

Sarjulianto tidak menyangka bahwa di wilayah Tuatunu terdapat tambak perikanan masyarakat yang luas dan memiliki potensi besar untuk berinvestasi di kemudian hari, imbuh nya.

Terlebih lagi dalam ukuran tambak 1 petak berukuran 4 meter X 5 meter tersebut mampu berisi ikan lele hingga 7000 lebih ekor dengan masa panen 3 bulan. Diasumsikan jika petani tambak memiliki lahan hingga 1 Hektar berarti kurang lebih 100 petak tambak dapat di upayakan, dengan harga perkilogram Rp.20.000,-/kilo  berarti nilai keuntungan per tambak 3 juta, dikalikan 100 tambak berarti betapa banyak nilai ekonomis yang bisa diraup oleh petani tambak Tuatunu setiap 3 bulan, tegas kadis DKP.

Sugiarto menyatakan bahwa masing masing petani tambak dari kelompoknya yang berjumlah 12 orang  memiliki 1- 2 hektar lahan, jadi jika dikalkulasikan semua maka berapa besar nilai ekonomis yang bisa di raup oleh mereka.

Imbuh Zulkarnaini menambahkan bahwa untuk mendapatkan bantuan dari DKP perlu dibentuk suatu kelompok petani tambak yang berjumlah minimal 6 orang petani tambak yang aktif dan memiliki tambak.

Usaha yang kami lakukan dirintis sejak tahun 2005 dengan luas beberapa petak tambak dan terus berkembang kini menjadi 1-2 hektar ungkap Sugiarto.

Usaha pembudidaya ikan lele pada mulanya mengimpor benih dari Sukabumi.Secara berkelanjutan berkembang melakukanusaha budidaya ikan nila, patin dan mas, jelas Sugiarto.

Bahkan sekarang usaha kami mulai berkembang melakukan usaha budidaya ikan Sapil. Jenis ikan ini termasuk jenis ikan konsumsi dan non konsumsi (ikan hias). Hanya saja masih banyak para petani masih bingung jenis ikan ini masuk konsumsi atau bukan, ungkap nya. Dan jenis ikan Sapil ini memiliki daya hidup yang lama 15-20 menit tanpa air dengan harga nilai jual berkisar Rp.50.000-Rp.60.000/Kg , dengan wilayah pemasaran ke Palembang. Sementara pakan ikan air tawar masih  pelet, sisa kulit rajungan, limbah ikan dan bahkan jeroan ayam.

Sugiarto menjelaskan bahwa untuk meningkatkan usaha mereka maka diperlukan bantuan dari pihak DKP  mesin olahan pakan ikan untuk menghaluskan kulit rajungan,  alat perebusan pakan yang memiliki kapasitas 50 liter dan bantuan bibit ikan berjumlah 20.000-50.000 benih.

Untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah maka perlu membentuk suatu kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan)  agar dapat menerima bantuan, papar Zulkarnaini.

Hal yang mengejutkan bagi Kadis DKP yakni terdapat lobster alami di wilayah tersebut, yang jika di budidayakan maka bisa berpeluang menjadi potensi besar bagi masyarakat.

Dengan harapan demikian dapat membuka usaha dan peluang kerja bagi masyarakat di wilayah Tuatunu ungkap Sugiarto menegaskan.

Penulis: 
jeffrin PHM Siregar
Sumber: 
Humas DKP (js)
Tags: 
Budidaya

ArtikelPer Kategori