Pangkalpinang, Kabid KP3K Kristialitzar, A.Pi, dari Dinas Kelautan dan Perikanan Pemprov Babel kembali menengahi konflik antar nelayan, rabu, 5 Agustus 2015, berlokasi di Aula DKP Babel.Belum adanya pembatas areal tangkapan ikan antara nelayan penyusuk dengan nelayan Belinyu.Sampai saat ini dapat dikatakan sebagai faktor utama penyebab terjadinya konflik antar nelayan . Kondisi ini meskipun tidak sempat menimbulkan korban jiwa. Nampaknya menjadi perhatian serius oleh dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Kabupaten bangka dengan kabupaten Bangka Barat.
Seperti Sejauh ini dinas Kelautan dan Perikanan sedang serius didalam menindaklanjuti guna penyelesaian masalah konflik sesama nelayan yang kerap terjadi dimeranti, papar Kabid KP3K BABEL.
“Sejauh ini sebagaimana data dan informasi yang kita dapatkan dilapangan,Persoalan berarti yang dialami oleh para nelayan kita yang tersebar diberbagai wilayah sebenarnya bisa dikatakan tidak ada persoalan yang sangat serius.Namun persoalan yang kerap terjadi dan harus kita carikan solusi adalah persoalan konflik interen dilingkungan nelayan lokal itu sendiri," katanya.
Lanjut Kabid, konflik nelayan lokal sampai saat ini masih kerap terjadi. "Ya adanya perselisihan pendapat maupun pertikaian mulut sesama nelayan kita yang penyebabnya sebenarnya hanya soal lokasi tangkapan ikan antar nelayan itu yang belum memiliki pembatas".
"Misalkan, nelayan Penyusuk lokasi tangkapan mereka berada di radius 2 mil dari bibir pantai ke tengah laut, dan selebihnya melewati jarak 2 mil kearah tengah laut aturanya itu adalah lokasi tangkapan nelayan jaring.Nah perselisihan yang masih sering terjadi diantara nelayan kita ini, penyebabnya karena tidak adanya pembatas atau rambu-rambu batas wilayat tangkapan," katanya.
Papar Kristialitzar, dikarenakan tidak adanya rambu-rambu pembatas yang memisahkan wilayah tangkapan ikan nelayan Penyusuk dengan nelayan Belinyu. Pada musim musim tertentu seperti musim gelombang tinggi dan angin kuat. Alat tangkap nelayan Penyusuk yang dikaitkan dengan drum atau jenis pelampung itu, selalu hanyut dan memasuki lokasi tangkapan nelayan jaring akibat dibawah hanyut gelombang air yang deras.
Untuk menghindari terjadinya konflik internal atau konflik sesama nelayan tepatnya pertikaian antara nelayan gumbang dengan nelayan jaring meskipun tidak sampai menimbulkan korban jiwa maupun harta benda, namun akibat konflik ini kerap terjadi dapat dipastikan persoalan ini besar potensinya merugikan nelayan. Sebab waktu mencari ikan mereka tersita untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi, ujar nya.
"Kedepanya kita dari dinas kelautan dan perikanan pemda kepulauan meranti dalam mendukung peningkatan tarap pendapatan ekonomi nelayan.Akan melakukan berbagai upaya salah satunya akan memaksimalkan penyediaan rambu rambu atau pembatas wilayah tangkapan ikan antar nelayan. Sehingga sesama nelayan kita dimeranti ini tidak lagi terjadi perselisihan," ujar Kabid KP3K menutup pertemuan antar nelayan. [js)